Senin, Agustus 11, 2008

Gereja Yang Menghibur

Dua minggu lalu, tepatnya hari Kamis, 31 Juli 2008 inang tua Ny. Pdt. J.M. Aritonang baru Hutapea(saya memanggilnya Mama)menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sekitar 30 menit masa kritis dialaminya, yang membuat semua anggota keluarga yang berada di sekitar pembaringannya di ICU UKI mengalami ketegangan. Air mata, isak tangis, doa dan senandung lagu rohani bergantian dan malah serempak terdengar.Semua merasa sedih. Merasa kehilangan.
Mama tidak lama dirawat di rumah sakit. Mama masuk UGD UKI pada sekitar pukul 06 pagi setelah mengeluarkan muntahan yang berwarna kental merah jambu seperti ketan item.Dokter dengan cepat menangani Mama setelah mendapatkan keterangan dari saya ditambah dengan pemeriksaan awal yang dianggap perlu. Mama masih sempat merespons pertanyaan dokter. Mama membuka mulut, mencoba menjulurkan lidah serta mengangguk ketika menjawab pertanyaan dokter. Sayangnya, kondisi kesadaran Mama cepat merosot walaupun sudah diberi bantuan oksigen dan pernapasan. CT Scan menunjukkan gambaran otak Mama yang mengalami pendarahan. Volume darah di otak tidak main-main, 50 cc yang menurut dokter merupakan kondisi sangat kritis. Tidak ada alternatif penanganan selain operasi.Kalau tidak, kita tinggal tunggu waktu.
Waktu Mama ditangani di ruang UGD satu persatu kerabat dekat datang melihat dan memberi dukungan. Mula-mula Leo, adikku; lalu Uma (ibuku), kemudian tante Bed dan Tulang Karl (keduanya adik Mama).Tapi yang paling melegakan adalah ketika Guru Jemaat HKI Cawang Cililitan St. M. Harianja tiba. Tak lama berselang menyusul St. Butarbutar dan St. T. Silitonga (Seksi Diakonia HKI CC) bersama dengan Ny. Pdt. Togos Sinaga br Nainggolan, St. br. Simanjuntak dan Ny. Parhusip, ketiganya adalah teman-teman Mama di Persatuan Wanita (PW) HKI CC.
Kira-kira pukul 14.00, Mama dipindahkan ke ruang ICU (Intensive Care Unit). Tiga hari di sana, warga jemaat dan majelis parhalado berdatangan memberikan dukungan moril.Termasuk memenuhi permintaan untuk mengadakan perjamuan kudus untuk Mama. Sayang sekali, permintaan ini akhirnya dicabut sendiri oleh pihak keluarga karena satu dan lain hal.
Bentuk pertolongan dari Gereja masih berlanjut pada saat Mama mengalami krisis. Saya langsung menelepon St. T. Pakpahan dan memberitakan tentang kondisi Mama yang akhirnya meninggal pada hari Kamis, 31 Juli 2008 pukul 01.10 WIB.
Dukungan makin mengalir setelah jenazah Mama tiba di rumah. Mereka segera menyalami kami sekeluarga. Permintaan keluarga agar Mama dibawa ke gereja disambut dengan sangat positif. Bahkan mereka tadinya justru yang akan datang meminta. Acara di gereja menggambarkan betapa Gereja memberikan keleluasaan kepada keluarga yang berduka untuk mendapatkan penghiburan yang total dari setiap majelis parhalado, warga jemaat dan semua hadirin. Betul-betul merupakan tindakan yang sangat terasa manfaatnya secara batin yang paling dalam.
Demikian juga dengan pemakaian fasilitas gereja berupa kursi dan whiteboard tersedia. Majelis mengijinkan untuk meminjam alat atau apapun yang diperlukan selama tersedia di gereja.Sebenarnya bukan berapa macam benda atau benda apa saja, tetapi bagaimana pihak gereja memberikan jawaban yang sungguh melegakan. Mereka mengerti kondisi orang yang berduka. Sangat memerlukan sentuhan kasih.

Yang tak kalah memberikan penguatan adalah krans bunga tanda turut berduka cita. Secara pribadi, saya sangat terkesan dengan karangan bunga yang sederhana yang diberikan tim redaksi Buletin en Theos.
Acara penghiburan dari gereja HKI CC secara resmi berjumlah 3 rombongan. Tentunya, yang paling berbekas dalam hati adalah kedatangan lembaga Bukit Sion pada hari Minggu, 10 Agustus 2008 pada pukul 10.00 pagi. Suasana sangat cair. semua yang mandok hata berkata lugas, tidak basa-basi. Tapi suasana kocak yang diselingi humor sangat memberikan perbedaan bagi kami sekeluarga.
Penghiburan dari gereja kiranya bukanlah semacam ritual atau kebiasaan semata. Tapi merupakan tugas pastoral yang meringankan beban pikiran dan perasaan. Gereja memberikan pendampingan pada saat dibutuhkan akan memperkuat pengenalan keluarga warga jemaat yang sedang dilanda duka mendalam.